Siapa yang tidak kenal dengan sosok Ridwan Kamil? Beliau adalah mantan Walikota Bandung, yang sekarang menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat.
Sebelum dikenal sebagai pejabat publik yang terkenal humoris, Ridwan Kamil merupakan seorang arsitek yang pernah bekerja di berbagai firma arsitektur ternama Amerika Serikat dan Indonesia. Memiliki background pendidikan S1 Teknik Arsitektur dari Institut Teknologi Bandung (ITB), kemudian melanjutkan S2 Perencanaan Kota di University of California, Berkeley, membuat Kang Emil memiliki pemahaman yang kuat dalam menciptakan bangunan yang indah, tanpa mengurangi sisi fungsionalitasnya.
Baca juga : Mau Lihat Tren Masjid Minimalis Yang Ada di Dunia? Cek Disini
Salah satu karya arsitekturnya yang paling populer adalah bangunan masjid. Masjid yang didesain oleh Ridwan Kamil memiliki karakteristik yang unik. Hingga saat ini, Ridwan Kamil sudah membangun sebanyak 10 masjid yang tersebar di berbagai daerah Indonesia hingga Palestina. Simak selengkapnya melalui artikel di bawah ini:
Sumber: arcdaily.com
Karya pertama dari Ridwan Kamil adalah Masjid Al-Irsyad yang memiliki desain bangunan anti-mainstream. Berbeda dengan kebanyakan masjid pada umumnya. Daya tarik dari Masjid Al-Irsyad dibanding bangunan masjid lainnya ialah berbentuk kubus tanpa kubah. Masjid ini memiliki luas 1.871 meter persegi atau sekitar 1,8 hektar yang didominasi warna abu-abu.
Jika dilihat dari jauh, masjid ini memiliki banyak celah-celah di temboknya yang memiliki fungsional dan memiliki unsur estetika. Dari sisi fungsional, celah-celah di tembok Masjid Al-Rasyid berfungsi sebagai ventilasi untuk menjaga sirkulasi udara di dalam masjid secara alami. Dari sisi estetika, celah ini membentuk pola kaligrafi dua kalimat syahadat yang akan makin terlihat jelas saat malam hari, ketika lampu-lampu di dalam masjid dinyalakan.
Masjid ini juga memiliki 99 buah lampu di bagian langit-langitnya berbentuk kotak panjang merepresentasikan Asmaul Husna. Daya tarik lain dari Masjid Al-Irsyad Bandung adalah hadirnya bola besar bertuliskan lafaz Allah di depan mihrab masjid yang mana bola tersebut terlihat seolah ada di atas air. Sejak diresmikan pada tahun 2010, Masjid Al-Irsyad mampu menampung hingga 1.500 jamaah.
Sumber: Twitter
Karya kedua masjid unik yang dibuat oleh Ridwan Kamil adalah Masjid Raya Asmaul Husna yang terletak di Serpong, Tangerang Selatan. Sesuai dengan namanya, sisi unik dari Masjid Raya Asmaul Husna, pada bagian luar diselimuti dengan motif kaligrafi asmaul husna berjumlah 99 dengan berwarna hijau. Dalam proses renovasinya, Ridwan Kamil terlibat langsung merancang sendiri. Jenis kaligrafi yang ada pada Masjid Raya Asmaul Husna merupakan kaligrafi kufi tegak lurus yang merupakan model tulisan tertua di dunia seni kaligrafi.
Sisi unik lain dari masjid ini, pada bagian ujung ruangan berbentuk bulan dan bintang yang terbuat dari kaca bening, sekaligus menembus langit secara langsung. Mengusung konsep green mosque,masjid ini diresmikan hari Jumat 6 Desember 2013 oleh Bupati Tangerang, Zaki Iskandar.
Sumber: Twitter
Masjid Jami’e Darussalam merupakan masjid dengan kubah berbentuk segitiga yang terletak di Jalan Kebon Melati, Tanah Abang Jakarta Pusat. Kerap disebut sebagai Masjid Segitiga, karena tak ada kubah di atas bangunannya, melainkan atap segitiga yang terbuat dari kaca dan fiber.
Alasan kang Emil mendesain masjid tersebut agar mengubah pola pikir masyarakat tentang bentuk kubah yang tidak harus selalu berbentuk bulat. Namun karena bentuknya yang berbeda dengan masjid pada umumnya, menimbulkan kontroversi karena banyak yang menganggap desain tersebut tak ubahnya seperti bentuk gereja.
Masjid ini dirancang oleh Ridwan Kamil bersama biro arsitektur Urbane. Ruang utama pada Masjid Segitiga terletak di lantai dua, lengkap dengan mimbar, dan dinding yang dihias oleh kaligrafi. Tempat wudhu terletak di lantai 1.
Sumber: Google
Masjid rancangan Ridwan Kamil berikutnya yang terlihat tak biasa dan unik adalah masjid Al Kamil yang terletak di Sumedang, Jawa Barat. Terletak di pesisir Waduk Jatigede, masjid ini menjadi ikon baru dari wisata religi di Kabupaten Sumedang.
Kalau masjid-masjid pada umumnya memiliki bentuk kubah yang membulat, masjid Al Kamil ini didesain menyerupai bunga teratai yang sedang mekar.
Masjid yang didominasi dengan warna putih dengan motif emas dibagian atasnya ini menjadi icon warga Sumedang.
Sumber: news.detik.com
Masjid tersebut dibangun di Rest Area Purbaleunyi KM 88 B arah Jakarta dan diberi nama Masjid Al Safar. Menurut Ridwan Kamil, bentuk masjid ini merupakan bagian dari eksperimentasi teori lipat yang dinamai Folding Architecture berbentuk seperti lipatan origami. Dimana, Anda akan menemukan banyak bagian yang berbentuk geometri, seperti: segitiga, segiempat dan lain sebagainya.
Uniknya arsitektur dari Masjid Al Safar membuat masjid ini masuk nominasi Abdullah Al-Fozam Award yang merupakan ajang penghargaan arsitektur yang menampilkan desain dan karya masjid di negara mayoritas berpenduduk muslim.
Meskipun berhasil masuk nominasi arsitektur bergengsi, sayangnya karena bentuknya yang unik dan tidak familiar di masyarakat Indonesia. Masjid Al Sadar sempat menuai kontroversi, pasalnya bentuk masjid tersebut dipenuhi dengan simbol-simbol illuminati dan mata satu.
Masjid Al Safar ini merupakan satu-satunya masjid terbesar di Indonesia yang dibangun di tempat istirahat (rest area) jalan tol. Memiliki luas kurang lebih 6000 meter persegi, masjid ini sanggup menampung hingga 1.200 jemaah.
Sumber: travelingyuk.com
Masjid Al Jabbar merupakan salah satu masjid karya Ridwan Kamil yang dibangun di kawasan Gedebage, Kota Bandung. Memiliki luas lantai 99 x 99 meter persegi yang disesuaikan dengan angka Asmaul Husna. Masjid ini terdiri dari 3 lantai yang mampu menampung sekitar 50.000 jamaah.
Sama dengan karya-karya Ridwan Kamil lainnya yang anti mainstream, bentuk kubah masjid ini diganti dengan desain ornamen atap yang bertumpuk dengan dengan menggunakan kaca yang berwarna-warni.
Terinspirasi dari perpaduan aksen Masjid khas Turki yang dipadupadankan dengan arsitektur modern kontemporer yang dihiasi seni dekoratif khas Jawa Barat. Hal unik dari Masjid Al-Jabbar ialah bangunan utama masjid yang saling melebur antara dinding, atap, dan kubah membentuk satu bentuk setengah bola raksasa.
Sisi bangunannya juga dikelilingi danau besar yang berfungsi sebagai retensi banjir, sekaligus penyimpanan air. Dari segi estetika, danau diibaratkan laksana cermin. Kerlip cahaya di malam hari semakin menambah keindahan masjid.
Estetika dari Masjid Al Jabbar juga terlihat dari lantai sholat yang dihiasi 27 relung relief tembaga yang dibuat oleh pengrajin Jawa Barat menambah sisi kemewahan dari masjid ini. Pada bagian barat, mihrab terhubung hingga pucuk langit yang menjadi simbol bahwa hanya kepada Allah SWT kita berserah dan meminta.
Sumber: Pojoksatu.com
Masjid Al Mumtadz menjadi karya terbaru rancangan Ridwan Kamil yang rencananya akan dibangun untuk mengenang Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril yang meninggal pada Kamis, 26 Mei 2022 di Sungai Aare, Kota Bern, Swiss. Nama Al Mumtadz sendiri diambil dari nama belakang putra sulungnya yang juga memiliki arti “terbaik/istimewa/sempurna” dalam bahasa Arab.
Lokasi masjid terletak di samping makam Eril. Rencananya masjid Al Mumtadz akan dibangun di lokasi Islamic Center Baitul Ridwan, tepatnya di Kampung Gegerbeas, Cimaung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Sama seperti masjid yang dirancang, Masjid Al Mumtadz juga memiliki desain arsitektur yang unik. Masjid ini dikelilingi dengan pilar yang berbentuk silinder. Keseluruhan pilar tersebut tertancap menjulang ke arah atas yang menyerupai bambu runcing.
Selain itu, terdapat kubah yang berjejer rapi berjumlah 3 kubah di kawasan masjid. Dimana salah satu kubah tersebut di bagian tengahnya terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan dua kubah lainnya.
Dalam instagram pribadinya, Kang Emil menjelaskan bahwa desain Masjid Al Mumtadz terinspirasi dari konsep butiran air hujan yang turun dari langit dan dimaknai sebagai berkah dan rahmat. Jika dilihat dari atas, seolah ada dua tangan yang saling merangkul sesama.
Sumber: twitter
Karya masjid rancangan Ridwan Kamil lainnya adalah Masjid Raya Al Azhar Summarecon Bekasi. Masjid ini terdiri dari 2 lantai dengan 1 lantai semi basement yang memiliki kapasitas untuk menampung hingga 1200 jamaah. Di masjid ini juga terdapat aula basement seluas 260 meter persegi dan beberapa ruang serbaguna.
Sama seperti masjid lainnya yang masing-masing memiliki karakteristik dan keunikan. Masjid Raya Al Azhar dibangun dengan material yang ramah lingkungan. Keseluruhan fasad masjid berwarna bata dengan kerawangan motif kaligrafi sebagai bukaannya. Terinspirasi dari bangunan Kabah di Mekah, Masjid Al Azhar Summarecon berbentuk kubus atau bujur sangkar. Selain itu, terdapat pula kaligrafi kufi pada bagian depan pintu masuk dengan lafadz ‘La Ilaha Illallah’ yang berarti ‘tiada tuhan selain Allah’
Karakteristik unik lainnya yang dimiliki oleh Masjid Al Azhar Summarecon adalah mihrabnya yang memiliki dinding menjorok menunjukan tanda tempat sholatnya imam masjid. Selain itu, ada pula menara yang secara simbolis menunjukan hubungan antara tuhan dan manusia, sekaligus memiliki fungsi untuk mengumandangkan azan.
Sumber: Kompas
Terkenal dengan rancangan desain masjid yang tak memiliki kubah. Kali ini, Ridwan Kamil juga merancang Masjid Baiturrahman di Dusun Kopeng, Merapi, Sleman, Yogyakarta tanpa kubah.
Mengusung tema ramah lingkungan, Masjid Baiturrahman dibangun dengan menggunakan batu bata abu vulkanik, yang diperkuat menggunakan kerangka beton untuk mengantisipasi kerusakan karena lokasi masjid yang terletak di area rawan bencana. Konsep arsitektur Masjid Baiturrahman sendiri merupakan wujud permainan bayangan yang menciptakan banyak bukaan kecil pada dinding dan atap masjid.
Bukaan ini membuat sirkulasi udara dan cahaya menjadi lancar, terlebih lokasi masjid yang terletak di kaki gunung dengan temperatur berkisar 16 - 17 derajat celcius. Suhunya yang sudah sejuk, membuat bukaan di masjid harus dilapisi kaca agar tidak semakin bertambah dingin dan memungkinkan sinar matahari masuk secara optimal melalui sisi batu bata sehingga menghasilkan bayangan indah.
Terdiri dari 4 lantai, dengan luas 250 meter persegi. Masjid ini bukan hanya dimanfaatkan sebagai tempat ibadah, tetapi juga dijadikan sebagai pusat pendidikan islam melalui kegiatan Taman Pendidikan Al-Quran untuk anak-anak.
Sumber Gambar: Kompas
Tidak hanya merancang masjid di Indonesia, Ridwan Kamil juga terlibat dalam merancang Masjid Syaikh' Ajlin di Gaza, Palestina. Masjid ini menampilkan dominasi warna putih.
Struktur masjid ini terdiri dari dua bangunan serta sebuah menara. Secara filosofis, menara masjid ini melambangkan koneksi dengan Tuhan, sementara dua bangunan lainnya mewakili relasi dengan manusia dan alam. Dengan tiga lantai, Masjid Syaikh' Ajlin tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, melainkan juga sebagai pusat pendidikan untuk para penghafal Al-Quran.
Itulah kedelapan masjid karya Ridwan Kamil yang memiliki desain unik dan anti mainstream. Terinspirasi untuk membuat desain seperti karya-karya Ridwan Kamil juga?
Semoga artikel ini dapat memberikan Anda pengetahuan dan inspirasi yang bermanfaat, terutama bagi Anda yang ingin membangun masjid.
Bentuk-bentuk masjid tak biasa tersebut pastinya membutuhkan material yang tepat dan terbaik untuk membangunnya. Umumnya, yang sering digunakan adalah menggunakan baja ringan.
Karena material baja ringan bobotnya sangatlah ringan, sehingga tidak mudah membebani struktur dari bangunan masjid. Sehingga para arsitek dapat lebih leluasa dalam mendesainnya.
Untuk menemukan material baja ringan yang tepat, Anda bisa memilih BLKP sebagai tempat utama dalam pemenuhan kebutuhan bangunan Anda.
Penasaran dan ingin bertanya? Anda dapat menghubungi kami melalui sosial media BLKP dengan klik Hubungi Kami.