Jepang baru saja dilanda gempa bumi pada Senin, 1 Januari 2024 lalu. Gempa berkekuatan sebesar 7,5 SR melanda pesisir bagian barat pukul 16.00 waktu setempat yang getarannya dirasakan di wilayah Prefektur Niigata, Toyama, Fukui, Nagano, Gifu, Tokyo, Yamagata, Fukushima, Shiga, Kyoto, Osaka, Hyogo, Nara, Tottori, Iwate, Miyagi, hingga Akita. Badan Meteorologi Jepang sempat juga mengadakan konferensi pers yang menyatakan peringatan dini kepada masyarakat setempat untuk terus tetap berhati-hati akan gempa susulan selama seminggu ke depan.
Di tengah hiruk pikuk bencana gempa bumi ini. Mata dunia terpukau oleh kemampuan Jepang dalam mengatasi gempa bumi berkekuatan besar dengan minimnya kerusakan bangunan dan jumlah korban jiwa. Negara ini, yang sering mengalami gempa, menerapkan kebijakan ketat dalam perizinan pembangunan dan penerapan konsep bangunan tahan gempa. Selain itu, semua bangunan di Jepang secara berkala menjalani pemeriksaan keselamatan setiap 10 tahun untuk memastikan ketahanan gempa dan keamanan hunian.
Sejumlah prinsip konstruksi anti gempa diimplementasikan dengan tujuan melindungi bangunan dan masyarakat dari potensi kerusakan akibat gempa. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai fitur-fitur tersebut:
Sistem ini melibatkan pemasangan elemen pelindung berbentuk jubah pada struktur bangunan. Jubah ini berfungsi sebagai perisai yang dapat menyelamatkan struktur bangunan dari getaran gempa. Pelindung ini mengurangi efek pergerakan tanah yang diakibatkan oleh gelombang gempa dengan cara pemasangan 100 cincin di atas pondasi bangunan, sehingga gelombang gempa tidak terlihat.
Dalam sistem redaman, struktur bangunan dirancang untuk menyerap energi seismik dengan memasang peredam blok demi blok. Penggunaan bahan viskoelastik yang memiliki karakteristik penyerapan energi tinggi memastikan penyerapan energi yang efisien. Ketika gempa terjadi, peredam ini mampu bergerak maju mundur serta menahan energi dari getaran seismik.
Struktur seismik terisolasi menggunakan lapisan bantalan atau peredam, seperti blok karet dengan ketebalan sekitar 30-50 cm. Lapisan ini ditempatkan di antara tanah dan struktur bangunan untuk mengisolasi, mengurangi efek getaran pada tanah, dan memungkinkan bangunan tinggi untuk menahan guncangan gempa. Jika kolom bangunan turun ke fondasi, bangunan tetap berada di atas bantalan tersebut.
Sistem ini melibatkan deteksi gempa bumi secara dini pada bangunan di Jepang. Ketika terjadi gempa, sistem otomatis mematikan gas dan listrik untuk mencegah terjadinya kebakaran. Banyak bangunan juga dilengkapi dengan sistem pemadam kebakaran otomatis dan penerangan darurat untuk memastikan keselamatan penghuni saat terjadi gempa.
Baca juga: Hal Penting Ketika Membangun Rumah Tahan Gempa
Sumber: detik
Berikut elemen-elemen krusial dalam konstruksi bangunan tahan gempa di Jepang yang secara khusus dirancang untuk meningkatkan ketahanan struktur terhadap gempa bumi:
Struktur Taishin merupakan fondasi dasar dalam pembangunan yang wajib diikuti oleh seluruh bangunan di Jepang. Desain ini mengutamakan ketahanan terhadap gempa dengan menekankan ketebalan minimal pada elemen-elemen struktural, termasuk balok, pilar, dan dinding. Konsep ini bertujuan untuk menahan tekanan getaran tanah yang dapat merusak struktur bangunan. Meskipun berhasil menunjukkan ketahanan yang baik, struktur Taishin lebih disarankan untuk bangunan bertingkat rendah, mengingat kelemahannya terhadap guncangan berulang atau gempa susulan.
Pendekatan struktur seishin menekankan isolasi antara rangka bangunan dan dasar pondasinya. Dengan memanfaatkan peredam kejut, lapisan karet, atau isolator seismik di antara keduanya, struktur seishin bertujuan untuk meminimalkan dampak gempa pada bangunan. Meskipun bersifat opsional dalam hukum jepang, model struktural ini sangat disarankan, terutama untuk bangunan bertingkat tinggi yang lebih rentan terhadap getaran gempa.
Sementara itu, struktur menshin fokus pada pendekatan dasar pondasi bangunan. Dengan bantuan dukungan dari timah, baja, atau lapisan karet tebal, konsep struktur menshin memungkinkan pondasi untuk bergerak serta efektif dalam meminimalisir pergerakan gempa dari rangka atas. Pendekatan ini sering digunakan pada pembangunan bangunan tinggi seperti menara dan kompleks apartemen.
Struktur baja ringan dan modular merupakan struktur yang inovatif karena bukan hanya mempertimbangkan ketahanan terhadap gempa, tetapi juga mencakup keberlanjutan lingkungan. Dengan penggunaan baja ringan dan konsep modular, struktur ini menjadi tongak dalam sektor konstruksi dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, mendukung daur ulang, produksi massal, dan prinsip-prinsip keberlanjutan lainnya. Keunggulan struktur ini menciptakan dampak positif tidak hanya dalam hal ketahanan terhadap gempa, tetapi juga pada aspek-aspek keberlanjutan dalam industri konstruksi secara keseluruhan.
Baca juga: Memahami Perbedaan BMT, TCC, dan TCT Sebelum Membeli Baja Ringan
Kemampuan luar biasa Jepang dalam mengatasi dampaknya dengan minimnya kerusakan bangunan dan korban jiwa. Keberhasilan ini disebabkan oleh kebijakan ketat perizinan pembangunan, konsep bangunan tahan gempa, dan sistem peringatan dini. Fitur-fitur seperti sistem struktur anti seismik, sistem redaman, dan struktur tahan gempa seperti Taishin, Seishin, Menshin, dan Baja Ringan Modular menjadi kunci kesuksesan ini. Inovasi ini tidak hanya meningkatkan ketahanan terhadap gempa, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan dalam industri konstruksi.
Pilih keamanan dan keindahan untuk rumah dan bangunan Anda! Dapatkan pondasi dan konstruksi rumah berkualitas tinggi dengan menggunakan baja ringan dari BLKP. Tidak hanya tahan terhadap rayap dan karat, tetapi juga terjamin kualitasnya dengan garansi dan label SNI. Klik disini untuk informasi lebih lanjut dan berinvestasi dalam keamanan rumah Anda sekarang! Hubungi Tim BLKP untuk informasi lebih lanjut.