Pondasi merupakan elemen krusial dalam konstruksi bangunan, terletak di bagian paling bawah bangunan yang berfungsi untuk menopang beban dari bawah hingga ke bagian atas bangunan. Tujuannya adalah menjaga kestabilan dan kekokohan struktur bangunan.
Pemilihan pondasi yang tidak tepat dapat mengurangi ketahanan bangunan, berpotensi menyebabkan keretakan atau bahkan keruntuhan. Oleh karena itu, penting untuk memilih pondasi yang sesuai dengan jenis bangunan sebelum memulai konstruksi, terutama pada bangunan berlantai dua.
Mari kita teliti faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pondasi dan jenis pondasi yang sesuai untuk rumah berlantai dua:
Sejumlah faktor mempengaruhi keputusan ini, dan pemahaman mendalam terhadap hal-hal tersebut menjadi kunci dalam menentukan pondasi yang tepat. Berikut hal-hal yang mempengaruhi pemilihan jenis pondasi:
Sumber: freepik.com
Pemilihan jenis pondasi harus dipertimbangkan berdasarkan karakteristik tanah dan tingkat kepadatannya. Tanah yang keras membutuhkan pondasi berukuran kecil, sementara tanah lembab memerlukan pondasi yang kuat untuk menjamin stabilitas dan daya dukung yang optimal.
Kondisi tanah menjadi faktor kunci dalam menentukan jenis pondasi dan kekuatan struktur bangunan. Sebaiknya, pilihlah lokasi pembangunan rumah di tanah yang kuat dan stabil agar dapat menghadapi potensi gempa. Untuk meningkatkan kekuatan pondasi, rumah 2 lantai seringkali menggunakan kombinasi pondasi batu kali dan pondasi cakar ayam. Meskipun demikian, terdapat kasus di mana pembangunan pondasi rumah dua lantai dapat dilakukan tanpa batu kali, tergantung pada kematangan perencanaan struktur bangunan.
Pemilihan jenis pondasi juga dipengaruhi oleh desain dan struktur bangunan. Rumah bertingkat memerlukan material bangunan yang berbeda dibandingkan rumah satu lantai. Jika menggunakan bahan bangunan berat, diperlukan penopang yang memiliki kekuatan yang lebih tinggi.
Penting untuk memilih jenis pondasi yang optimal dan menggunakan material pendukung berkualitas tinggi ketika merencanakan pembangunan hunian jangka panjang yang dapat bertahan hingga puluhan tahun.
Untuk bangunan rumah dua lantai dengan luas tanah di atas 200 meter persegi, optimalnya dilakukan 2 hingga 3 titik pengujian sondir dengan jarak sekitar 15 meter. Tempatkan titik sondir pada titik pondasi atau kolom yang mendukung beban terberat guna memastikan analisis yang komprehensif.
Pondasi rumah tahan gempa sering kali menggunakan kombinasi pondasi batu kali menerus yang dapat dihubungkan dengan besi sloof. Untuk rumah dua lantai, disarankan memiliki kedalaman pondasi minimal sekitar 60 cm guna memastikan stabilitas struktural.
Penerapan pondasi menerus dianjurkan untuk meningkatkan kekokohan bangunan dan ketahanan terhadap gempa. Pendekatan ini memastikan distribusi beban yang merata, sehingga tembok rumah memiliki daya tahan terhadap keretakan.
Setelah pondasi batu kali selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah membuat sloof pengikat dari beton. Sloof tidak hanya digunakan pada pondasi menerus, melainkan juga diterapkan pada pondasi setempat untuk memperkuat keseluruhan struktur rumah dan meningkatkan ketahanan terhadap gempa.
Baca juga: Mengenal Lebih Dalam Tentang Pondasi Strauss Pile: Keunggulan dan Harganya
Dalam merencanakan dan membangun rumah berlantai dua, pemilihan jenis pondasi menjadi langkah kritis untuk memastikan stabilitas dan keamanan struktural bangunan. Jenis pondasi yang dipilih tidak hanya harus mampu menopang beban bangunan, tetapi juga harus sesuai dengan karakteristik tanah, desain arsitektur, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi keberlanjutan konstruksi. Berikut jenis-jenis pondasi rumah 2 lantai yang wajib Sobat BLKP ketahui:
Pondasi tapak, atau yang sering disebut foot plat, menjadi pilihan yang tepat untuk membangun rumah bertingkat. Pemasangannya umumnya dilakukan pada kedalaman 50 cm hingga 2 meter dari permukaan tanah. Namun, pada tanah keras, pondasi ini mungkin ditanam lebih dari 2 meter dengan penambahan pondasi Strauss Pile untuk meningkatkan kekuatan. Material yang digunakan melibatkan beton bertulang, batu split, pasir, semen, hingga beton, serta papan kayu sebagai bekisting.
Sumber: pinterest.com
Pondasi tiang pancang dapat digunakan untuk bangunan bertingkat, disesuaikan dengan kondisi tanah. Bentuknya menyerupai kolom dari semen atau baja dengan tekanan gravitasi yang kuat dan merata. Proses pembuatannya dianggap lebih mudah dan sederhana. Ukuran pondasi untuk rumah dua lantai dapat disesuaikan dengan kondisi tanah, memastikan distribusi tekanan yang merata untuk kekokohan struktural.
Sumber: arsitur.com
Pondasi bore pile, sering digunakan untuk bangunan bertingkat, memiliki kedalaman tanah yang mencapai dua hingga dua puluh meter. Prosesnya melibatkan mesin bor untuk mencapai kedalaman tertentu, kemudian menanam tulang besi dan menuangkan beton. Cocok digunakan di area terbatas atau di antara bangunan yang berhimpit.
Sumber: pinterest.com
Pondasi cakar ayam dengan bahan konstruksi jenis batu kali dikenal efektif untuk menopang beban bangunan bertingkat. Konstruksinya melibatkan beton bertulang dengan kedalaman antara 120 cm hingga 2 meter. Cocok digunakan pada tanah labil dan daerah rawan bencana alam. Plat beton tebal sekitar 10-20 cm, sementara pipa buis beton berdiameter 120 cm dan ketebalan 8 cm, dengan panjang 150-250 cm.
Baca juga: Apa Itu Kolom? Kenali Fungsi, Jenis, dan Materi Penyusunnya
Sumber: sarjanasipil.my.id
Pondasi menerus memiliki bentuk yang konstruksi yang memanjang sepanjang bangunan, hal ini berguna untuk memastikan distribusi beban secara merata. Dengan penampang berbentuk trapesium, lebar pondasinya cukup 70-120 cm untuk bangunan dua lantai. Penerapannya diperlukan untuk meningkatkan kekokohan bangunan dan ketahanan terhadap gempa.
Pondasi batu kali dapat menjadi pilihan untuk rumah dua lantai dengan desain kekinian. Digunakan pada tanah yang baik, kedalaman umumnya antara 60 hingga 80 cm. Material yang dibutuhkan termasuk batu kali, pasir, semen, dan pencampuran dengan jenis pondasi dangkal untuk meningkatkan kekokohan.
Pondasi Strauss Pile terkenal kokoh untuk bangunan dua lantai atau lebih dengan menumpu pada tanah dan terbukti efisien dari segi biaya. Menggunakan tulang besi dan beton, jenis pondasi ini memberikan solusi yang ekonomis dan efisien.
Pondasi tiang Franki, dicor di tempat dengan ujung bawah diperbesar, menggabungkan kekokohan tiang bor dan tiang pancang. Menjadi pilihan kokoh untuk rumah tumbuh atau hunian jangka panjang, dengan pembuatan yang relatif ekonomis.
Pondasi tiang injeksi, digunakan sebagai tambahan untuk mencegah kebocoran pada bangunan. Efektif untuk menahan pergerakan dan kerentanannya terhadap kebocoran beton. Injeksi hidrolik diterapkan untuk memperkuat pondasi secara cepat dan efektif.
Pondasi menjadi elemen krusial dalam konstruksi bangunan, bertanggung jawab menopang beban dari dasar hingga puncak bangunan, menjaga kestabilan dan kekokohan struktur. Pemilihan pondasi yang tepat menjadi faktor penting, karena kesalahan dalam pemilihan dapat mengurangi ketahanan bangunan, menyebabkan keretakan, bahkan potensi keruntuhan.
Pemilihan pondasi untuk rumah berlantai dua memerlukan pemahaman mendalam terhadap faktor-faktor tersebut. Jenis pondasi seperti tapak, tiang pancang, bore pile, cakar ayam, menerus, batu kali, Strauss Pile, tiang Franki, dan tiang injeksi masing-masing memiliki keunggulan dan kecocokan sesuai kondisi dan kebutuhan bangunan.
Sangat penting untuk memilih jenis pondasi yang tepat sesuai bangunan yang akan dikerjakan, demi mendapatkan pondasi yang kuat dan kokoh. Tak hanya soal kekuatan pondasi, pastikan juga menggunakan material terbaik yang berkualitas dan ramah lingkungan, seperti baja ringan dari BLKP. Hadir dengan berbagai pilihan produk Material baja ringan yang sudah berstandar SNI, ISO 9001-2015, dau berbagai uji lab baja ringan dari lembaga sertifikasi ternama. Tertarik? Hubungi Kami. Jangan lupa cek artikel menarik lainnya ya!